Sabtu, 21 Januari 2012

Shalat Ditinjau Dari Perspektif Psikologi

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yailg khusyu' dalam shalatnya." (al¬-Mu'minuun: 1-2)

Al-Quran menyebutkan shalat adalah satu-satunya cara untuk membersihkan jiwa dan raga manusia (QS Al-Mudatsir: 4-5). Sikap tubuh ketika melakukan shalat secara Islam sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad sesuai dengan wahyu Allah yang diterimanya.
Para pakar ilmu jiwa menyatakan bahwa manfaat shalat bagi seorang ditinjau dari sudut kejiwaan lebih banyak dari hanya sekadar dihitung, dan lebih umum dari hanya sekadar disebut. Dalam shalat, seseorang mengingat tuhannya. Sesungguhnya semua urusan berada di tangan-Nya. Se¬sungguhnya manusia dalam dunia ini hanya milik Allah semata. Jika ada orang zalim yang menganiayanya, maka hendaknya ia serahkan masalahnya kepada Zat yang semua kekuasaan langit dan bumi berada di tangan-Nya. Jika dunia ini serasa sempit baginya, maka hendaknya ia lekas berlindung' kepada Zat Yang Mahaluas kasih sayang-Nya terhadap segala sesuatu yang ada.
Perasaan psikis semacam ini dapat menarik seseorang menjadi tenang dan tenteram jiwanya. Selanjutnya bisa menolongnya untuk melangkah terus dalam kehidupannya secara sehat jasmani maupun sehat akalnya. Hal ini sebagai¬mana berdiri di hadapan Allah sebanyak lima kali dalam sehari, dan memohon ampunan dari-Nya terhadap segala dosa yang telah diperbuatnya, menjadikan seseorang kebal dari berbagai gangguan kejiwaan yang bersumber dari rasa hina diri dan perasaan selalu bersalah yang ditimbulkannya.
Dengan demikian, curhat merupakan salah satu bentuk media pengobatan yang kini mulai diberlakukan di setiap rumah sakit kejiwaan maupun syaraf, sebagaimana yang telah disarankan para dokter jiwa dengan cara memilih seseorang yang akan dijadikan tempat untuk curhat. Tidak semua orang selalu dapat dijadikan tempat untuk curhat. Tetapi, orang yang dijadikan tempat curhat itu juga tidak harus seorang dokter atau salah seorang tokoh agama.
Yang penting adalah merasa bahwa orang ini akan selalu mendengarkan, merasakan, dan membantu. Maka, bagaimana jika orang itu lebih cenderung untuk mengembalikannya kepada Allah Zat Yang Maha Mendengar, Melihat, dan Memiliki semua perkara yang ada.
Alkount Henry de' Castre berkata, "Suatu ketika aku keluar menuju gurun pasir untuk menyenangkan diriku (untuk senang-senang) dengan berkendaraan kuda bersama 30 orang Arab kampung yang juga menunggang kuda-kuda mereka. Setelah beberapa saat berjalan, mereka memberhentikan perjalanan, mengingat telah masuk waktu shalat. Maka, turunlah mereka dari kuda-kuda mereka dan membentuk satu barisan. Dengan kopiah-kopiah putih, mereka merunduk¬-runduk dan sujud dengan gerakan-gerakan secara teratur, serta mengagungkan Allah (bertakbir). Seketika itu, aku diselimuti perasaan tak menentu yang tidak bisa diungkapkan, antara malu dan marah. Orang-orang Arab ini dengan sangat yakin menganggap diri mereka lebih mulia dariku dan lebih agung cita-citanya.
Betapa indahnya pemandangan mereka, sedangkan kuda-¬kuda mereka tampak berdiri khusu di dekat mereka, dikendalikan oleh bumi. Kuda-kuda itu terlihat tenang (tidak liar), seolah dikendalikan oleh hawa khusu yang terpancar dari ibadah shalat serta rasa takut kepada Allah itu. Aku terbayang seolah diriku berada di tengah-tengah penduduk desa, di mana untuk pertama kali dalam hidupku aku melihat dengan mata kepalaku sendiri orang-orang yang sedang menyembah Allah.
Jelaslah sudah bahwa semangat Islam untuk melakukan shalat berjamaah mendorong terealisasinya tujuan kejiwaan. Yaitu, mempererat hubungan mahabbah 'kecintaan' di antara orang-orang yang melakukan shalat dan semakin menguatkan rasa kasih sayang di antara mereka. Kumpulan yang bersemangat ini meskipun berbeda pakaiannya, asal-usulnya, dan usianya bersama-sama berdiri membentuk satu barisan, yang dipimpin oleh pemimpin (imam) guna melaksanakan ibadah shalat, yang kadang ia (sang imam) justru yang paling miskin di antara mereka.
Aku sangat yakin pasti di dalam masjid-masjid (Islam) juga demikian halnya. Akan tetapi, betapa kagetnya diriku ketika menyaksikan perasaan sederajat yang sungguh sangat luar biasa di antara kalangan umat Islam. Di sana aku menemukan orang-orang yang beraneka ragam jenis dengan kedudukan mereka yang berbeda-beda. Betapa sangat mulia beban di antara mereka semua, tanpa ada satu pun orang yang merasa rikuh,, meskipun cukup tinggi kedudukannya ketika shalat bersebelahan dengan orang yang barangkali lebih rendah pangkatnya."
Nilai kejiwaan yang ditinggalkan oleh shalat lebih agung dari hanya sekadar yang bisa disebabkan, sebagaimana telah kita bahas. Ini berdasarkan; pengakuan para pakar ilmu jiwa asing yang beragama nonmuslim.
Menurut Arif Wibisono (psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta), shalat bukan hanya mengandung nilai spiritual, tetaapi juga mempunyai aktivitas fisikal, menyegarkan badan dan jiwa dari segala ketegangan dan menumbuhkan perasaan kedamaian dan kepuasan.
Menurut Djamaludin Ancok dalam Sentot Haryanto (2003: 61), ada beberapa aspek Terapeutik dalam shalat yang kiranya bisa mempunyai hikmah untuk mengatasi gangguan-gangguan kejiwaan dan kecemasan  antara lain : aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan. Di samping itu shalat juga mengandung unsur relaksasi otot, relaksasi kesadaran indra, aspek katarsis.
1.    Aspek olah raga
Dalam gerakan-gerakan shalat mengandung unsur gerakan-gerakan olah raga; mulai dari takbir, berdiri, ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk akhir (atahiyat) sampai mengucapkan salam. Menurut ilmu kesehatan, setiap posisi gerakan shalat adalah posisi paling sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh.
Dengan melaksanakan shalat secara teratur, maka akan terhindar dari penyakit seperti serangan jantung, empisema (benkak pada rongga paru-paru), radang sendi (arthritis), problem kandung kemih, ginjal dan usus besar, infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun, pegal pada pinggang dan tulang belakang.
Sehingga melalui shalat, gerakan organ tubuh menjadi lincah dan memiliki daya tahan terhadap penyakit. Shalat memiliki sifat isoterik, yang mengandung unsur badan dan jiwa, serta menhasilkan bio-energi.
    -Aspek relaksasi otot
Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat.
Menurut Walker,dkk ada bagian-bagian tubuh tertentu yang harus digerakkan atau dikontraksikan selama melakukan relaksasi otot, antara lain:
a.    Bagian kepala :mata,pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah, dan rahang.
b.    Leher
c.    Bahu
d.    Lengan bawah dan lengan atas
e.    Siku
f.    Pergelangan tangan
g.    Tangan dan jari-jari
h.    Dada
i.    Perut
j.    Tulang belakang dan punggung
k.    Pinggang dan pantat
l.    Paha
m.    Lutut
n.    Pergelangan kaki
o.    Kaki dan jari-jari kaki
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Johana Endang Prawitasari dengan menggunakan teknik relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan yoga, hasilnya menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut ternyata efektif untuk mengurangi keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis.

-Aspek relaksasi kesadaran indera
Relaksasi kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membanyangkan pada tempat-tempat yang mengenakkan. Pada saat shalat seseorang seolah-olah terbang ke atas (ruh) menghadap kepada Allah secara langsung tanpa ada perantara. Setiap bacaan dan gerakkan senantiasa dihayati dan dimengerti dan ingatannya tertuju kepada Allah. Sebagaimana digambarkan Allah dalam QS. Thaha:14 : Shalat adalah dialog antara hamba dengan Tuhannya.

2.    Aspek Meditasi
Meditasi saat ini menjadi alternatif solusi berbagai persoalan bagi orang-orang sibuk, terutama yang stres. Beberapa penelitian mencoba untuk melihat pengaruh meditasi atau yoga terhadap gelombang-gelombang otak atau EEG (elenctro-encyphalographic), yaitu dengan jalan membangdingkan sebelum meditasi dan sesudah melakukan meditasi. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perubahan atau perbedaan gelombang-gelombang otak. Setelah meditasi otak lebih banyak mengeloarkan gelombang-gelombang alfa yang berhubungan dengan ketenangan atau kondisi relaks.
Shalat juga memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan merupakan meditasi atau yoga tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar dan khusuk. Menurut Arif Wbisono Adi shalat akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain.
Shalat memiliki efek yang mirip dengan efek obat-obatan. Misalnya memberikan efek ketenangan (depresan), seperti obat bius atau obat penenang. Konsentrasi penuh dalam shalat (khusuk), yaitu hanya mengingat Allah Swt. Akan menutup rangsangan lain yang akan terbawa ke otak.
Alvan Goldstein telah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius morphin/endorfin. Menurut Dr. Sunandi,MA bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut opiat endogen. Menurut Kastama, dkk (1990) zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada zat semacam morfin tersebut memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle).
Seseorang yang memasukkan zat morfin ke dalam tubuhnya. Maka terjadi penghentian produksi endorfin dalam tubuhnya. Jika dilakukan penghentian morfin dari luar secara mendadak, misalnya berhenti dari menyalahgunakan narkotika, tubuhnya tidak segera memproduksi endorfin. Produksi endorfin akan dipacu dengan aktifitas semacam meditasi. Jadi menurut teori atau pendekatan ini shalat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh memproduksi endorfin.

3.    Aspek auto-sugesti/self-hipnosis
Dalam shalat terdapat bacaan-bacaan yang mengandung kebaikan, pujian, doa, permohonan ampun. Ditinjau dari teori hipnosis pengucapan kata-kata tersebut memberikan efek mensugesti atau menghipnosis terhadap orang yang membacanya. Menurut Thoules auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugestopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar.

4.    Aspek pengakuan dan penyaluran (katarsis)
Shalat dapat dipandang sebagai prses pengakuan dan penyaluran, proses katarsis atau kanalisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya.
Shalat menjadi sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Sehingga hal ini memberikan efek bahwa manusia tidak sendiri (lonely), selalu ada yang mengawasi dan menjaganya, yaitu Allah Swt. Perasaan ini akan membantu proses penyembuhan dari kegelisahan. Menurut Zakiah Daradjat (1983) shalat, dzikir, doa dan permohonan ampunan kepada Allah merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada ketenangan dan ketentraman jiwa.
Pemecahan hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan itu sendiri ke nilai spiritual, sehingga manusia akan memperoleh keseimbangan mental karena keyakinan tersebut.

5.    Sarana pembentukan kepribadian
Shalat merupakan kegiatan rutinitas dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan :
a.    Disiplin, bekerja keras, (QS. An-Nisa:103)
b.    Mencintai kebersihan,
c.    Senantiasa berkata yang baik,
d.    Pribadi Allahu Akbar (Selalu mengagungkan Allah)
e.    Manusia yang seimbang, (QS. Al Qashash:77)
f.    Cinta damai.



6.    Terapi Air (Hydro Therapy)
Whudhu ternyata memiliki efek refreshing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta pemulihan tenaga. Wudhu juga memiliki dampak fisiologis. Terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.
Terapi dengan menggunakan efek air ini sebenarnya telah lama dikenal dalam dunia kedokteran. Terapi air juga dilakukan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang dikenal dengan pembinaan terhadap korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif yang lain. Landasan atau filosofi yang digunakan di Inabah adalah AlQuran surah Al Anfal : 11.
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya Hukum Baruch dan Hidro-terapi. Hukum Baruch adalah hukum atau teori yang diciptakan oleh seorang dokter di Amerika, Simon Baruch (1840-1921). Menurut teori ini air memiliki daya penenang jiuka suhu air sama dengan suhu kulit, sedangkan jika suhu air lebih tinggi atau lebih rendah akan memberikan efek stimulasi atau merangsang. Hidroterapi dari bahasa Yunani (hydro=air, therapiea=pengobatan), yaitu pengobatan ilmiah yang memanfaatkan air, dan efeknya yaitu : menyeka dengan air dingin dan air hangat secara bergantian akan merangsang sistem kadiovaskuler dan menjinakkan syaraf kulit dan syaraf organ-organ intern, yaitu organ yang berkoresponden secara syarafi dengan kulit yang dihangatkan.


Daftar Pustaka

Abdushshamad, M.K. Manfaat Shalat Ditinjau dari Aspek Kejiwaan.http://www.akhirzaman.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar